Judul : AMSTAL DALAM AL-QURAN
link : AMSTAL DALAM AL-QURAN
AMSTAL DALAM AL-QURAN
AMSAL DALAM QURAN
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH ULUMUL QURAN II
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Mursal sah, M.Ag
Dra. Hj. Sarmida Hanum, M.Ag
Disusun oleh :
AMIRIL AHMAD
AHMAD FUDAEL
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU ALQURAN (IPTIQ) JAKARTA
2008-2009
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kita lantunkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita berupa Iman dan Islam sehingga kita bisa menyelesaikan tugas ini walaupun masih banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang membimbing kita dari kebodohan menuju tata syari’at yang indah dengan penuh rasa cinta, sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam masalah kajian ini, kita ketahui bahwa al-Quran telah menyerukan pada umat manusia untuk memperhatikan tamsil-tamsil, sebab dari situlah akan ditemukan suatu kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan Allah. Disamping itu tamsil juga sebagai sarana untuk menginterpretasikan permasalahan atau peristiwa yang dipahami oleh umat manusia. Dalam masalah perumpamaan ini, janganlah mengira bahwa hakikat permasalahan terletak padanya, tetapi dia hanyalah sebatas perumpamaan dan pendekatan saja.
Rasa terima kasih, tulus kami ucapkan kepada Dosen kami, Bapak Drs. Mursal Syah, M.Ag. dan Ibu Dra. Sarmida Hanum, M.Ag. yang dengan sabar mengantar kami untuk menggapai cita-cita di masa mendatang.
Jakarta, 20 Mei 2009
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amsal Dalam Al-Quran
Amsal adalah bentuk dari kata matsal. Kata masal, misl dan masiladalh sama syabah, syibah dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.
Dalam sastra, masal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayaatkan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan suatu (seorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Misalnya: (betapa banyak lemparan panah yang mengenai tanpa sengaja). Artinyabetapa banyak lemparan panah yanga mengenai sasaran itu dilakukan seorang pelemparyang biasanya tidak tepat lemparannya. Orang pertama yang mengucapkan matsal ini adalah Al-Hakam bin Yagus An-Nagri. Matsal ini ia katakankepada orang yang biasanya berbuat salah yang kadang-kadang ia berbuat benar. Atas dasar ini matsal harus mempunyai “Maurid” (sumber) yang kepadanya suatu yang lain diserupakan.
Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan arti “keadaan “ dan ”kisah yang menakjubkan”. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata “MASAL” dalam sejumlah besar ayat.
Tamsil (membuat pemisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan hadir, yang abstrak dengan konkrit, dan dengan menganalogikan suatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karna itulah maka Tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkandan membuat merasa puas dengannya. Dan Tamsil adalah salah satu Uslub Qur’an dalam mengugkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatan.
B. Macam-Macam Amsal dan Contohnya
Amsal dalam Al-Qur’an ada tiga macam
1. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh dalam surat (Al-Baqarah : 17-20)
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ {17} صُمُّ بُكْمٌ عُمْىُُ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ {18} أَوْكَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتُُ وَرَعْدُُ وَبَرْقُُ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطُُ بِالْكَافِرِينَ {19} يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَآ أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَآءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ {20}
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka ini bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. …. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”
2. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan) tetapi ia menunjukkan dengan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya, untuk masal ini mereka mengajukan sejumlah contoh, diantaranya suratAl-Baqarah: 68:
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ فَارِضُُوَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَاتُؤْمَرُونَ {68}
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan dari itu.“
3. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Sebagai contoh dalam surat Al-Mudassir: 38:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ{38}
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa ynang telah diperbuatnya.”
Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai mana hukum mempergunakan sebagai masal.
C. Al-Qur’an Memuat Segala Macam Perumpamaan
Jauh sebelum ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dewasa ini Al-Qur’an telah mendorong umat manusia untuk melakukan kajian terhadap seluruh ala mini berikut segala yang ada didalamnya, dengan ditampilkan tamsil yang cukup banyak.
Diantara tamsil yang dihadirkan Al-Qur’an adalah mengilustrasikan fenomena alam, karakter manusia, tingkah laku, status, amalan, siksa, pahala an idiologi umat manusia selama hidup didunia. Oleh karena itu Al-Qur’an memuat segala macam perumpamaan dari berbagai visi. Semua ini adalah untuk kepentingan umat manusia agar mereka menyadari kalau kebenaran yang hakiki nhanyalah dating dari sisinya. Sebagai mana bisebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 27 :
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ {27}
“Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-Quran ini setiap macam dalam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran.”
Tidak pernah ada satu kitab pun didunia ini yang memuat tamsil yang kesempurnaannya sebanding dengan Al-Qur’an, apalagi melebihinya.
D. Perumpamaan sebagai penjelas sesuatu yang samar
Ketika Allah SWT ingin menjelaskan sesuatu masalah yang masih samar bagi sebagian manusiam, Dia menerangkannya dengan perumpamaan yang mereka ketahui, karena itulahAllah SWT membuat perumpamaan tersebut.
Perumpamaan adalah mendatangkan sesuatu yang telah terjadi, kemudian hal itu diucapkan dengan perkataan yang indah , padat dan deskriptif. Selanjutnya ucapan tadi diambil dan dipergunakan pada setiap situasi yang mempunyai kemiripan dengan keadan ketika perumpamaan itu diucapkan.
Sinonim kata “مثل“ dan “مثل“ ini adalah “شبه“ dan “شبه“ yang artinya adalah perumpamaan dan seperti. Maksudnya adalah sesuatu yang masih samar dalam pikiran pendengar, ingin dijelaskan oleh pembicara dengan sesuatu yang telah diketahui.
Ketika sesuatu yang rasional itulebih tersembunyi atau samar dari sesuatuyang dapat dipersepsi melalui indra, maka pembicara berusaha menjelaskan sesuatu yang rasional dengan sesuatu yang dapat diraba dengan indra. Misalnya, seorang penyair ingin menggambarkan kepada kita yentang retaknya hati setelah hati itu pernah saling kasih-mengasihi, ia berkata:
ان القلوب اذا تنافرودها # مثل الزجاجة كسر هالا يشعب
“jika hati telah kehilangan rasa kasih sayangnya seperti kaca pecah yang akan sangat sulit menyatukannya.”
Maksudnya, tidak dapat dipaksa. Anda tidakm dapat melihat pertentangan yang terjadi antara dua hati. Ini adalah masalah ghaib, yang jauh dari jangkauan indra, karena apa yang terjadi dari kedua belah pihak tersebut tidak dapat dilihat. Keretakan hati tidak dapat dilihat karena ia merupakan masalah ghaib. Hal itu oleh penyair dijelaskan dengan sesuatu yang dapat digambarkan.
E. Hikmah Mengetahui Amsal
1. Menonjolkan sesuatu ma’qul (yang hanya bisa dijangkau, abstrak) dalam bentuk kongkrit yang bisa dirasakan manusia sehingga akal bisa menerimanya dengan mudah. Contohnya:
Allah SWT. memberikan contoh tentang orang yang menafkahkan hartanya dengan jalan riya’ dimana orang tersebut tidak akan mendapat pahala sedikitpun dari jalan tersebut.
“Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang diatasnya terdapat tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah ia bersih, mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan.” (al-Baqoroh: 264).
2. Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu itu tampak. Contohnya:
“Mereka yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (al-Baqoroh: 275)
3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amsal kaminah dan amsal mursalah dalam ayat-ayat diatas.
4. Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangin jiwa. Contohnya:
Allah SWT. membuat masal tentang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqoroh: 261)
5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan no. 4) jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Contohnya:
“dan janganlah sebagian kamu, menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya.” (al-Hujurat: 12)
6. Untuk memuji orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat:
“demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat dan perumpamaan mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin).” (al-Fath: 29)
7. Untuk menggambarkan sesuatu yang memounyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Contohnya:
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra’: 32)
8. Amsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut amsal di dalam al-Quran untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
“dan sungguh kami telah membuat bagi manusia di dalam al-Quran ini setiap macam perumpamaan (masal) supaya mereka mendapat pelajaran.” (az-Zumar: 27)
BAB III
KESIMPULAN
Ø Masal ialah menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Ø Para tidak menyukai penggunaan ayat-ayat al-Quran sebagai masal, mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan suatu ayat amsal dalam Kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Ini dikarenakan demi menjaga keagungan al-Quran dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin.
Ø Amsal ada tiga macam:
a. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih,
b. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan),
c. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKAAN
Al-Qattan, Manna Kholil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Jakarta: Litera Antarnusa
Halim Jaya
As-Suyuthi,Jalaluddin. Al-Itqanfi Ulum Al-Quran, Dar-AlFik: Beirut, t.t
Syekh M. Mutawalli Asy-Sya’Rawi
Fuad Kauma
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH ULUMUL QURAN II
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Mursal sah, M.Ag
Dra. Hj. Sarmida Hanum, M.Ag
Disusun oleh :
AMIRIL AHMAD
AHMAD FUDAEL
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU ALQURAN (IPTIQ) JAKARTA
2008-2009
BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kita lantunkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita berupa Iman dan Islam sehingga kita bisa menyelesaikan tugas ini walaupun masih banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang membimbing kita dari kebodohan menuju tata syari’at yang indah dengan penuh rasa cinta, sehingga kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam masalah kajian ini, kita ketahui bahwa al-Quran telah menyerukan pada umat manusia untuk memperhatikan tamsil-tamsil, sebab dari situlah akan ditemukan suatu kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan Allah. Disamping itu tamsil juga sebagai sarana untuk menginterpretasikan permasalahan atau peristiwa yang dipahami oleh umat manusia. Dalam masalah perumpamaan ini, janganlah mengira bahwa hakikat permasalahan terletak padanya, tetapi dia hanyalah sebatas perumpamaan dan pendekatan saja.
Rasa terima kasih, tulus kami ucapkan kepada Dosen kami, Bapak Drs. Mursal Syah, M.Ag. dan Ibu Dra. Sarmida Hanum, M.Ag. yang dengan sabar mengantar kami untuk menggapai cita-cita di masa mendatang.
Jakarta, 20 Mei 2009
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amsal Dalam Al-Quran
Amsal adalah bentuk dari kata matsal. Kata masal, misl dan masiladalh sama syabah, syibah dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.
Dalam sastra, masal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayaatkan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan suatu (seorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Misalnya: (betapa banyak lemparan panah yang mengenai tanpa sengaja). Artinyabetapa banyak lemparan panah yanga mengenai sasaran itu dilakukan seorang pelemparyang biasanya tidak tepat lemparannya. Orang pertama yang mengucapkan matsal ini adalah Al-Hakam bin Yagus An-Nagri. Matsal ini ia katakankepada orang yang biasanya berbuat salah yang kadang-kadang ia berbuat benar. Atas dasar ini matsal harus mempunyai “Maurid” (sumber) yang kepadanya suatu yang lain diserupakan.
Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan arti “keadaan “ dan ”kisah yang menakjubkan”. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata “MASAL” dalam sejumlah besar ayat.
Tamsil (membuat pemisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan hadir, yang abstrak dengan konkrit, dan dengan menganalogikan suatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karna itulah maka Tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkandan membuat merasa puas dengannya. Dan Tamsil adalah salah satu Uslub Qur’an dalam mengugkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatan.
B. Macam-Macam Amsal dan Contohnya
Amsal dalam Al-Qur’an ada tiga macam
1. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh dalam surat (Al-Baqarah : 17-20)
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ {17} صُمُّ بُكْمٌ عُمْىُُ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ {18} أَوْكَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتُُ وَرَعْدُُ وَبَرْقُُ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطُُ بِالْكَافِرِينَ {19} يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَآ أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَآءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ {20}
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka ini bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. …. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”
2. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan) tetapi ia menunjukkan dengan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya, untuk masal ini mereka mengajukan sejumlah contoh, diantaranya suratAl-Baqarah: 68:
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَاهِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ فَارِضُُوَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَاتُؤْمَرُونَ {68}
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan dari itu.“
3. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Sebagai contoh dalam surat Al-Mudassir: 38:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ{38}
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa ynang telah diperbuatnya.”
Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai mana hukum mempergunakan sebagai masal.
C. Al-Qur’an Memuat Segala Macam Perumpamaan
Jauh sebelum ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dewasa ini Al-Qur’an telah mendorong umat manusia untuk melakukan kajian terhadap seluruh ala mini berikut segala yang ada didalamnya, dengan ditampilkan tamsil yang cukup banyak.
Diantara tamsil yang dihadirkan Al-Qur’an adalah mengilustrasikan fenomena alam, karakter manusia, tingkah laku, status, amalan, siksa, pahala an idiologi umat manusia selama hidup didunia. Oleh karena itu Al-Qur’an memuat segala macam perumpamaan dari berbagai visi. Semua ini adalah untuk kepentingan umat manusia agar mereka menyadari kalau kebenaran yang hakiki nhanyalah dating dari sisinya. Sebagai mana bisebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 27 :
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ {27}
“Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-Quran ini setiap macam dalam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran.”
Tidak pernah ada satu kitab pun didunia ini yang memuat tamsil yang kesempurnaannya sebanding dengan Al-Qur’an, apalagi melebihinya.
D. Perumpamaan sebagai penjelas sesuatu yang samar
Ketika Allah SWT ingin menjelaskan sesuatu masalah yang masih samar bagi sebagian manusiam, Dia menerangkannya dengan perumpamaan yang mereka ketahui, karena itulahAllah SWT membuat perumpamaan tersebut.
Perumpamaan adalah mendatangkan sesuatu yang telah terjadi, kemudian hal itu diucapkan dengan perkataan yang indah , padat dan deskriptif. Selanjutnya ucapan tadi diambil dan dipergunakan pada setiap situasi yang mempunyai kemiripan dengan keadan ketika perumpamaan itu diucapkan.
Sinonim kata “مثل“ dan “مثل“ ini adalah “شبه“ dan “شبه“ yang artinya adalah perumpamaan dan seperti. Maksudnya adalah sesuatu yang masih samar dalam pikiran pendengar, ingin dijelaskan oleh pembicara dengan sesuatu yang telah diketahui.
Ketika sesuatu yang rasional itulebih tersembunyi atau samar dari sesuatuyang dapat dipersepsi melalui indra, maka pembicara berusaha menjelaskan sesuatu yang rasional dengan sesuatu yang dapat diraba dengan indra. Misalnya, seorang penyair ingin menggambarkan kepada kita yentang retaknya hati setelah hati itu pernah saling kasih-mengasihi, ia berkata:
ان القلوب اذا تنافرودها # مثل الزجاجة كسر هالا يشعب
“jika hati telah kehilangan rasa kasih sayangnya seperti kaca pecah yang akan sangat sulit menyatukannya.”
Maksudnya, tidak dapat dipaksa. Anda tidakm dapat melihat pertentangan yang terjadi antara dua hati. Ini adalah masalah ghaib, yang jauh dari jangkauan indra, karena apa yang terjadi dari kedua belah pihak tersebut tidak dapat dilihat. Keretakan hati tidak dapat dilihat karena ia merupakan masalah ghaib. Hal itu oleh penyair dijelaskan dengan sesuatu yang dapat digambarkan.
E. Hikmah Mengetahui Amsal
1. Menonjolkan sesuatu ma’qul (yang hanya bisa dijangkau, abstrak) dalam bentuk kongkrit yang bisa dirasakan manusia sehingga akal bisa menerimanya dengan mudah. Contohnya:
Allah SWT. memberikan contoh tentang orang yang menafkahkan hartanya dengan jalan riya’ dimana orang tersebut tidak akan mendapat pahala sedikitpun dari jalan tersebut.
“Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang diatasnya terdapat tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah ia bersih, mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan.” (al-Baqoroh: 264).
2. Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu itu tampak. Contohnya:
“Mereka yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (al-Baqoroh: 275)
3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amsal kaminah dan amsal mursalah dalam ayat-ayat diatas.
4. Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangin jiwa. Contohnya:
Allah SWT. membuat masal tentang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah.
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqoroh: 261)
5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan no. 4) jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Contohnya:
“dan janganlah sebagian kamu, menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya.” (al-Hujurat: 12)
6. Untuk memuji orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat:
“demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat dan perumpamaan mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin).” (al-Fath: 29)
7. Untuk menggambarkan sesuatu yang memounyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Contohnya:
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra’: 32)
8. Amsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut amsal di dalam al-Quran untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
“dan sungguh kami telah membuat bagi manusia di dalam al-Quran ini setiap macam perumpamaan (masal) supaya mereka mendapat pelajaran.” (az-Zumar: 27)
BAB III
KESIMPULAN
Ø Masal ialah menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Ø Para tidak menyukai penggunaan ayat-ayat al-Quran sebagai masal, mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan suatu ayat amsal dalam Kitabullah ketika ia menghadapi urusan duniawi. Ini dikarenakan demi menjaga keagungan al-Quran dan kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin.
Ø Amsal ada tiga macam:
a. Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih,
b. Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan),
c. Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKAAN
Al-Qattan, Manna Kholil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Jakarta: Litera Antarnusa
Halim Jaya
As-Suyuthi,Jalaluddin. Al-Itqanfi Ulum Al-Quran, Dar-AlFik: Beirut, t.t
Syekh M. Mutawalli Asy-Sya’Rawi
Fuad Kauma
Demikianlah Artikel AMSTAL DALAM AL-QURAN
Sekianlah artikel AMSTAL DALAM AL-QURAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel AMSTAL DALAM AL-QURAN dengan alamat link https://motivasiislamiid.blogspot.com/2009/06/amstal-dalam-al-quran.html
Belum ada tanggapan untuk "AMSTAL DALAM AL-QURAN"
Posting Komentar